
Shalat merupakan kunci diterima atau ditolaknya keseluruhan
ibadah yang telah dilakukan seorang mukmin. Dalam sebuah hadits diterangkan
bahwa yang pertama dihisab oleh Allah Swt. dari amal seorang hamba pada hari
kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya.
Sebaiknya, jika shalatnya rusak, maka seluruh amalnya juga akan turut rusak.
Karenanya, shalat yang kita kerjakan harus benar-benar terjaga kesempurnaannya.
Salah satu cara menyempurnakan shalat wajib adalah dengan melaksanakan shalat
sunat.
Banyak sekali pilihan shalat sunat yang dapat kita kerjakan
untuk menyempurnakan pahala shalat wajib yang telah kita kerjakan. Sebut saja
shalat sunat rawatib yang biasa kita kerjakan sebelum dan setelah mengerjakan
shalat lima waktu. Selain shalat sunat rawatib, kita juga
mengenal banyak sekali jenis shalat sunat di antaranya adalah Tahiyatul Masjid,
Syukrul Wudhu, Tahajud, Witir, serta Dhuha. Yang disebutkan terakhir kerap
terlupakan karena meski kita tahu fadhilahnya tapi karena waktu pelaksanaannya
bertepatan dengan dimulainya aktivitas harian, maka shalat Dhuha sering tidak
dikerjakan.
Ya, shalat Dhuha ialah shalat sunat yang dikerjakan pada
waktu matahari sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta
atau sekitar setinggi satu tombak, antara pukul 08.00 pagi sampai dengan masuk
waktu Dzuhur (sekitar pukul 11.00 siang).
Shalat Dhuha hukumnya sunat muakad (sangat dianjurkan dan
mendekati wajib) karena Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan berpesan
kepada para sahabat untuk mengerjakannya juga. Shalat Dhuha juga merupakan
wasiat Rasul kepada umatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. “Abu
Hurairah r.a. menceritakan, ‘Kekasihku Rasulullah Saw. memberi wasiat kepadaku
dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia: shaum
tiga hari dalam sebulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah
melakukan shalat Witir” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Tentu saja, Rasulullah Saw. tidak akan mengistimewakan
shalat Dhuha tanpa alasan. Berikut beberapa fadhilah atau keutamaan shalat
Dhuha yang menjadikannya begitu istimewa di mata Rasullah Saw.
Pertama, shalat Dhuha merupakan ekspresi terima kasih kita
kepada Allah Swt. atas nikmat sehat bugarnya setiap sendi dalam tubuh kita.
Menurut Rasulullah Saw., setiap sendi dalam tubuh kita yang jumlahnya 360 ruas
setiap harinya harus diberi sedekah sebagai makanannya.
“Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan
seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap
sendinya.” Lalu, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah Saw., siapa yang sanggup
melakukannya?” Rasulullah Saw. menjelaskan, “Membersihkan kotoran yang ada di
masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan
raya, apabila ia tidak mampu maka shalat Dhuha dua rakaat dapat
menggantikannya.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Kedua, shalat Dhuha merupakan wahana pengharapan kita akan
rahmat dan nikmat Allah Swt. sepanjang hari yang akan dilalui, entah berupa
nikmat fisik maupun materi. Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman, ‘Wahai
anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada
pagi hari, yaitu shalat Dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga
sore harinya.’” (H.R. Al-Hakim dan At-Tabrani)
Lebih dari itu, momen shalat Dhuha merupakan saat kita
mengisi kembali semangat hidup baru. Kita berharap semoga hari yang akan kita
lalui menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin. Di sinilah ruang kita
menanam optimisme hidup. Kita tidak sendiri menjalani hidup ini. Ada Sang
Maharahman yang senantiasa akan menemani kita dalam menjalani hidup
sehari-hari.
Ketiga, shalat Dhuha sebagai pelindung untuk menangkal siksa
api neraka di hari pembalasan (kiamat) nanti. Hal ini ditegaskan Nabi Saw.
dalam haditsnya, “Barangsiapa melakukan shalat Fajar, kemudian ia tetap duduk
di tempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia
melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat, niscaya Allah Swt. akan
mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya.” (H.R.
Al-Baihaqi)
Keempat, bagi orang yang merutinkan shalat Dhuha, niscaya
Allah mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah Saw. bersabda, “Di dalam
surga terdapat pintu yang bernama Bab Adh-Dhuha (Pintu Dhuha) dan pada hari
kiamat nanti ada yang akan memanggil, ‘Dimana orang yang senantiasa mengerjakan
shalat Dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.’” (H.R.
At-Tabrani)
Kelima, pahala shalat Dhuha setara dengan pahala ibadah haji
dan umrah. “Dari Abu Umamah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barangsiapa
yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat
wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang
keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang
melaksanakan umrah.’” (Shahih Al-Targhib: 673). Dalam sebuah hadits yang lain
disebutkan bahwa, “Nabi Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang mengerjakan shalat
Fajar (Shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah
hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan
pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.’” (Shahih
Al-Jami: 6346)
Keenam, tercukupinya kebutuhan hidup. Orang yang gemar
melaksanakan shalat Dhuha ikhlas karena Allah akan tercukupi rezekinya. Hal ini
dijelaskan Rasulullah Saw. dalam hadits qudsi dari Abu Darda. Firman-Nya,
“Wahai Anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena aku pada awal siang (shalat
Dhuha) empat rakaat, maka aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.”
(H.R. Tirmidzi)
Ketujuh, memperoleh ghanimah (keuntungan) yang besar.
Dikisahkan, Rasulullah mengutus pasukan muslim berperang melawan musuh Allah.
Atas kehendak Allah, peperangan pun dimenangkan dan pasukan tersebut mendapat
harta rampasan yang berlimpah. Orang-orang pun ramai membicarakan singkatnya
peperangan yang dimenangkan dan banyaknya harta rampasan perang yang diperoleh.
Kemudian Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa ada yang lebih utama dan lebih baik
dari mudahnya memperoleh kemenangan dan harta rampasan yang banyak yaitu shalat
Dhuha.
“Dari Abdullah bin Amr bin Ash ia berkata, Rasulullah Saw.
mengirim pasukan perang. Lalu, pasukan itu mendapat harta rampasan perang yang
banyak dan cepat kembali (dari medan perang). Orang-orang pun (ramai)
memperbincangkan cepat selesainya perang, banyaknya harta rampasan, dan cepat
kembalinya mereka. Maka, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Maukah aku tunjukan kepada
kalian sesuatu yang lebih cepat dari selesai perangnya, lebih banyak
(memperoleh) harta rampasan, dan cepatnya kembali (dari medan perang)? (Yaitu)
orang yang berwudhu kemudian menuju masjid untuk mengerjakan shalat sunat
Dhuha. Dialah yang lebih cepat selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh)
harta rampasan, dan lebih cepat kembalinya.’” (H.R. Ahmad)
Menilik banyaknya fadhilah di atas, cukup beralasan kiranya
bila Nabi Saw. menghimbau umatnya untuk senantiasa membiasakan diri melaksanakn
shalat Dhuha. Dengan mengetahui fadhilah-fadhilah tersebut, diharapkan kita
lebih termotivasi untuk beristiqamah melaksanakan shalat Dhuha agar tercapai
tujuan bahagia dunia dan akhirat. Amin.
Sumber: majalahpercikaniman.blogspot.com & http://www.sholat-dhuha.info
0 komentar:
Posting Komentar